Riwayat Hidup  R. Adji A. Suryo-di-Puro
Curriculum Vitae - English

 Jakarta, 26th. August, 1999 - Alamat Internet: http://come.to/suryo-di-puro
Bayi Adji Jkt. Jan.'42
Nama: Raden Adji A. Suryo-di-Puro
    (Foto kanan Jakarta, Januari, 1942, Ayah R.M. Suryo-di-Puro, bayi R. Adji & Ibunda R.A. Suryo-di-Puro)
    Lahir  : Jakarta, 28 Desember, 1941 (58 tahun pada bulan Des.)
    Alamat : Jalan Gabus No. 36 Kavling 5, Arteri T.B. Simatupang,
    Pasar Minggu, Jakarta 12520
    Alamat E-Mail: suryo@email.com
    Alamat Internet Web Page Keluarga
    (Personal Web Page): http://come.to/suryo
    Alamat Faksimili: 021-7883-1310
    R.Adji, N.Y. '99Telepon: 021-782-1904
     
  • Pendidikan
    • SD di Jakarta tahun 1945-49 
      Di Roma, Italia, awal tahun 1950-53 
      Di Canada tahun 1953-57 
      Di Jakarta tahun 1957 
      Di Roma, Italia, tahun 1957
      Di Amerika, sebagai penerima bea siswa Fulbright* untuk sosial-politik s/d 1964 
      Di London, journalistis tahun 1964. (Foto kanan Juli, 1999)

Pengalaman Kerja 35 tahun, 1964-1999
Cucu Sam & Kakek
  • Asuransi
    • Lloyd's Insurance dan J.H. Minet’s Underwriters, London 1964.
      (Foto kanan dengan cucu ke-3, Samudra, di N.Y., Agustus, 1999).
  • Journalistik
    • Wartawan berbahasa Inggeris di Agence-France Presse (AFP), Paris, Perancis 1964-65 
      Wartawan berbahasa Inggeris di Kantor Berita Nasional ANTARA, Koln, Jerman Barat 1965-68
      Pialang & stock broker
      Pengusaha pialang stock broker Amerika di Jerman, Swiss dan di Tehran 1969
      Pengusaha pialang & asuransi di Jakarta 1969-71Pendiri Usaha
      Pendiri P.T. Marina Jaya di bidang telekomunikasi radio, pertanian, perdagangan 1972
  • Dosen Pendidikan
    • Asisten Dosen bahasa Inggeris di Universitas Indonesia 1977
  • Dosen Pendidikan - Pemerintahan
    • Dosen/Pembantu Staf Ahli Menteri Sekretaris Negara 1978 di Sekretariat Negara, dibawah Staf Ahli Mensesneg.
      Pembantu, Staf Ahli Mensesneg, Sekretariat Wakil Presiden 1978-80, diantaranya sebagai staf pengajar/dosen bahasa.
  • Organisasi
    • The operativeIkut menyusun Kadin Timur Tengah pada saat belum dibentuk Kamar Dagang Timur Tengah di Kadin Pusat. (Foto kanan circa 1978-80)
  • Kerjasama dengan Pemerintah
    • Mengusulkan kordinasi dan terlaksana perobahan frekwensi Dep. Hankam untuk berbagai angkatan bersenjata agar bisa saling berkomunikasi tanpa tukar-menukar pesawat 1979-1981. 
  • Kontraktor & Suplier Departemen Hankam & Departemen2 Lain
    • Pengadaan keperluan personil angkatan bersenjata & pemasangan sarana telekomunikasi radio untuk Dep. Hankam, khususnya POLRI, di 1,700 lokasi lebih mencakup areal 5,600 kilometer diseluruh Indonesia yang kemudian dipergunakan untuk Pemilu 1978-1984, dan pengadaan untuk Dep. Pendidikan & Kebudayaan 1978-1986. 
  • Investasi Pribadi Untuk Kepentingan Pemerintah
    • Mengadakan sarana telekomunikasi dengan biaya sendiri, investasi serta pemeliharaan melalui perusahaan (PT Marina Jaya) untuk Sekretariat Negara dan kantor kepresidenan R.I. diluar jalur komunikasi kepresidenan/Paswalpres resmi untuk keperluan Tamu Negara/Tamu Kepresidenan 1980-85
  • 1986 Menyusun Konsep Pembangunan Nasional 60 juta Manusia
    • Menysun konsep pembangunan nasional dengan cara meningkatkan kemampuan orang biasa untuk dapat berkomunikasi secara murah dan terjangkau karena pemasangan 30 juta satuan sambungan telepon (SST). 
      Tiap 1 SST akan dipergunakan oleh minimum 2 orang.
      Menyentuh langsung ± 60 juta orang dengan potensi mengembangkan diri bagi tiap orang.
      Sarana ini akan permudah penjualan hasil panen/hasil usahanya secara langsung ke pasarnya di sesama desa di daerah lain, di kota besar, dan langsung ke pasaran internasional. Biaya investasi US$ 62 milyar dalam 20 tahun. 
      Meningkatkan kemampuan untuk mensejahterakan diri di tiap lingkungan melalui peningkatan keadaan ekonomi di lingkungannya. 
      Menciptakan lapangan kerja di pedasaan. 
       Memperlancar sarana komunikasi pemerintahan pusat ke tingkat I & II, dan sebaliknya.
  • 1986 Menciptakan Konsep Pola Bagi Hasil (PBH) Untuk Mengatasi Monopoli Pemerintah
    • Pola Bagi Hasil (PBH) tahun 1986 di rencanakan sebagai sarana pembawa program peningkatan kemampuan orang biasa dimana swasta berpartisipasi di lingkungan monopoli pemerintahan dengan prinsip:  (1) swasta membangun, (2) pemerintah mengoperasikannya sebagai monopoli dengan atau tanpa peranan investor, dan (3) hasil investasi swasta di bagi dengan pemegang monopoli. 
      Melobi pemerintah R.I. supaya konsep partisipasi swasta di terima 1986-1988.
      Mendapat berbagai dukungan resmi/tertulis dari berbagai perusahaan multi-nasional di bidang telekomunikasi dengan konsep PBH 1988-1999.
  • Diminta Pemerintahan-pemerintahan Asing Menjelaskan PBH
    • Diundang ke ibu kota mereka melalui para duta-besarnya menjelaskan konsep PBH, antara lain di Warsawa, Polandia dan Rumania karena monopoli di negara-negara tersebut mirip dengan susunan pemerintah R.I. 1988-89.
  • 1988 Mendirikan Sarana PBH
    • Mendirikan PT CellFone Nusantara sebagai sarana Pola Bagi Hasil, Januari 1988. 
      Undangan resmi Sekjen Parpostel tgl. 8 Agustus, 1988 No. PB.103/2/3/.PTT meminta penjelasan konsep PBH. 
      Presentasi resmi selama 55 menit tgl. 26 Agustus 1988 di pandu oleh Sekjen Dep. Parpostel & dihadiri oleh 115 pejabat teras (Irjen & para direktur instansi) yang mendaftar dari 3 BUMN, Bappenas, Dep. Industri dan Parpostel, dan tanja-jawab selama 3.5 jam, seluruhnya 4.5 jam,
  • 1988 Konsep PBH Diadopsi Pemerintah
    • Konsep PBH diadopsi pemerintah R.I. tgl. 31 Agustus 1988 dengan keluarnya surat resmi Menko Ekuin No. 49/MPPT/VIII/88 untuk percobaan atau pilot project, menunjuk 5 perusahaan termasuk P.T. CellFone Nusantara. Konsep PBH menjadi dasar usaha lain di bidang TV, komunikasi seluler, jalan tol, perlistrikan, dll. dimana swasta berpartisipasi didalam lingkungan monopoli, dan kemudian istilah PBH menjadi BOT, KSO dan lain-lain dengan prinsip PBH, partisipasi swasta dan pembagian keuntungan.
  • 1994 Lobi Supaya Monopoli Telkom Dibubarkan - Menghapus PBH, BOT & Lain-Lain
    • Supaya monopoli telkom di bubarkan dan diadakan operator yang bersaing dengan tarif yang berbeda. Tarif tertinggi ditentukan pemerintah. 
      Supaya biaya pemasangan & tarif sarana telekomunikasi dan tarif pulsanya di sesuaikan dengan kemampuan daya beli rakyat.
  • 1994 Peningkatan Program Kerja Nasional Dari 60 juta Menjadi 140 Juta Manusia
    • Peningkatan sasaran program kerja tahun 1986 (pembangunan 30 juta SST dengan investasi US$ 62 milyar), ditingkatkan menjadi 70 (tujupuluh) juta SST di 70,000 desa di 5,600 kelurahan pada 20 tahun mendatang. Sasaran densitas nasional adalah sebesar 26%. (dibanding densitas tahun 1999 hanya 2.3%). Peningkatan program kerja diadakan oleh tim konsultan dari Amerika, Kanada, Inggeris, dan Indonesia dengan biaya survai sebesar US$400,000. 
       
    • Alamat Internet menjelaskan Program Peningkatan 140 juta manusia dapat dilihat di internet http://welcome.to/cellindo atau http://welcome.to/cellfone (versi bahasa Inggeris).

    •  
    • 1996 Satu Pendiri Perusahaan CellFone Mengundurkan Diri

    • Satu dari 3 pendiri  yaitu Yayasan Serangan Umum 1 Maret 1949 dan pemegang saham sebesar 10% PT Cellfone Nusantara, menyatakan keluar dari lingkup perusahaan tahun 1996 (terlaksana 1997), dan saham sebesar 90% di ambil alih oleh Yayasan Suryo-di-Puro
      Peranan Yayasan tersebut mendorong pejabat pemerintah R.I. untuk memperhatikan dan mengadopsi konsep PBH yang menghasilkan usaha-usaha bidang lain yang dimonopoli pemerintah (dasar usaha lain di bidang TV, komunikasi seluler, jalan tol, perlistrikan, dll.).
  • 1997 Tokoh Nasional Nahdatul Ulama & PAN Mendukung Program Pembangunan 140 Juta Manusia
    • Pendukung konsep pendayagunaan 140 juta orang biasa dengan investasi swasta luar negeri di didukung oleh Gus Dur dari Nahdahtul Ulama melalui konsep kerjasama tertulis yang disusun N.U. dan perusahaan/Yayasan Suryo-di-Puro. Pendukung konsep, Amien Rais, sebagai Ketua Partai Amanat Nasional (PAN) mendukung program pembangunan nasional, kedua-duanya pada tahun 1997. 
      Pejabat teras yang mendukung program kerja adalah Lt. Jen Hendro Priyono saat ia menjabat di Bina Graha Okt. 1998.
  • Mendapat Kepercayaan Investasi 100% Oleh Asing–Saham Indonesia 60%
    • Tahun 1992 s/d 1999 mendapat kepercayaan dari berbagai pendana internasional (pendanaan murni tidak terkait dengan produsen peralatan atau operator telkom) untuk seluruh proyek sebesar 70 juta SST diluar dana operator dan produsen peralatan, asalkan dana yang masuk di Indonesia tidak di cekal, tidak di korupsi, atau hal lain yang sering terjadi di saat jaman pemerintahan Soeharto.

      Tahun 1998 pendana internasional murni, dan berbagai perusahaan multi-nasional, diantaranya Lucent Technologies Pusat USA (bukan Lucent di Indonesia) dari Amerika Serikat, menandatangani kerjasama notariel dengan Yayasan Suryo-di-Puro diwakili pemegang saham mayoritas/pemilik Lucent dimana Lucent Pusat akan memasukan investasi sebesar US$ 7 milyar, dengan tahapan pertama sebesar US$ 1,25 milyar yang permohonannya dimasukan ke dalam BKPM. Lucent, dahulu bernama Western Electric, dan kemudian AT&T Laboratories, adalah perusahaan tertua dan terbesar dunia bidang ristek & teknologi berusia 130 tahun, dahulu bagian dari perusahaan telekomunikasi terbesar dunia AT&T dan mendapat 8 hadiah Nobel bidang teknologi, telah mendemonstrasikan teknologi ISDN canggih tanpa kabel di Telkom Surabaya selama 3 bulan bersama kami sebagai mitra usahanya yang direncanakan untuk pemasangan di seluruh Indonesia. 

      Pihak kami (Indonesia) mendapat 60% (enam puluh persen), dan Amerika 40% dengan modal keseluruhannya sebesar 100% (seratus persen) diadakan oleh Lucent. 

      Usaha patungan ini merencanakan subsidi proyek selama 10 tahun agar pemakai di desa tetap 
      dapat menjangkau tarif pulsa murah.

      Tommy Mandala Putra kemudian ikut campur, kami melepas peranan ini, dan Lucent pindah ke Tommy berdasarkan kesepakatan dan persetujuan tertulis kami sebagai pihak yang dimodali Lucent. Perusahaan multinasional tidak rela di dikte. Karena berbagai kepentingan di Indonesia yang telah beroperasi (mis. pabrik sentral otomat AT&T di Krawang), mereka tunduk kepada keluarga presiden. Tommy kemudian diharuskan membayar saham 30% secara tunai oleh Lucent, dan sisa 70% oleh Lucent. Usaha US$ 7 milyar gagal 6 bulan kemudian dan tidak dapat dilanjutkan karena setoran modal tunai yang diminta tidak dapat diadakan oleh putra presiden, Tommy. Sebelumnya, kami (Yayasan Suryo-di-Puro) mendapat saham 60%, dibiayai 100% oleh Lucent.
       

  • Telah Bertemu Dengan 2300 Orang–Diantaranya 1300 Asing
    • Selama 12 tahun sejak tahun 1987-1999 telah bertemu dengan kurang lebih 2,300 (dua ribu tigaratus) pengusaha asing dan Indonesia, diantaranya 1300 orang asing. Motivasi orang asing adalah proyek telekomunikasi ini adalah terbesar di Indonesia dan terbesar di dunia, serta dianggap masuk akal oleh para operator yang telah biasa menangani belasan juta saluran telepon (karena membantu meningkatkan peranan orang biasa di negara nomor 4 terbesar dunia. 

      PBH diakui oleh Bank Dunia bulan Juni 1997 di kutip dari berbagai media massa internasional, termasuk The Jakarta Post  “...perkembangan dunia telekomunikasi di daerah Asia menjadi pesat berkat adanya pola bagi hasil ...”, sebagai sarana yang meningkatkan pertumbuhan ekonomi Asia, “... jauh diatas investasi di bidang manapun ...”.
       

  • Jenis Permodalan Yang Diadakan
    • Di bidang telekom dari semua perusahaan operator dan pembuat/pabrik peralatan telekom dunia, berbagai diantaranya yang telah membuat perjanjian/niat tertulis.
      Pemilik dana international yang berperan sebagai pendana atau wakil pemilik dana.
      Pelaksana pemilik dana (dunia perbankan) seperti chairman of the board, direktur, para manager cabang dari berbagai perbankan internasional termasuk dari Swiss.
      Pengawas pemilik dana seperti pengacara keuangan, akuntan publik, dan konsultan keuangan pendanaan asing.
  • Usaha Tetap Dilanjutkan Sampai Dengan Wujud
    • Usaha  tetap dilanjutkan sampai monopoli telkom dapat dibubarkan.
      Tiap operator dapat menentukan tarif dibawah tarif telkom karena saingan tarif. 
      Tiap orang menikmati sarana komunikasi yang sesuai dengan daya beli masyarakat.

Pribadi - Keluarga
Minou & Adji '97
  • Isteri, Minou Fateme Suryo-di-Puro, Ibu Rumah Tangga, usia 57 tahun
    • dari Tehran, Iran, seorang cicit keturunan Shah (Raja) pada Dinasti Kahjar di Iran, lahir 27 November, 1942, warga negara Indonesia. (Foto kanan, Jakarta, Agustus 1995)
      Ibu dari seorang Putri usia 34 tahun, dan 2 Putra masing-masing usia 33 dan 25 tahun.
  • Putri, Raden Roro Laila Minouwati Ari Suryo-di-Puro, Insinyur Teknik Lingkungan, usia 34 tahun
    • lahir pada tgl. 9 November, 1965, di Köln, Jerman.
      Laila '97Lulusan insyur teknik lingkungan I.T.B. dengan Summa Cum Laude yang pertama diberikan oleh I.T.B. di fakultas tersebut, (Putri, foto kanan, Jakarta 1997)
      Bekerja dan 5 tahun kemudian penerima bea siswa penuh dan lulusan pasca sarjana dari University of Hawaii pada bidang managemen lingkungan serta teknik lingkungan dan perencanaan kota (City Planning). 
      Setelah bekerja di Indonesia, Canada, Belanda, Amerika, Jepang, ia bekerja sebagai salah satu pimpinan Proyek United States Agency for International Development (U.S. AID) Bidang Lingkungan Pemerintah Amerika Serikat di Kedutaan Besar U.S.A., Jakarta, dan kini bekerja di perusahaan patungan Indonesia-Amerika di bidang lingkungan. 
  • Arto, N.Y., '99Putra, Raden Sidharto Reza Suryo-di-Puro, Diplomat, usia 33 tahun,
    • lahir pada tgl. 29 September, 1966, di Köln, German.(Foto kanan, N.Y. Juni, tahun 1999)
      Mantan Ketua Dewan Mahasiswa, lulusan Unpar, Bandung, di bidang Sosial Politik dan Hukum Internasional, dan M.A. di St. John's University di New York, menikah dengan 2 anak laki-laki berusia 3.5 dan 2.5 tahun. Cucu Rimba, Dewi & Cucu Sam
      Sejak tahun 1995 menjabat sebagai diplomat/Sekretaris II di P.B.B. (Perwakilan Tetap Indonesia Perserikatan Bangsa-Bangsa/United Nations).  (Foto kiri Cucu Rimba, Menantu Dewi Dayat & Cucu Samudra, New York, Agustus 1999).
      Menjabat sebagai juru bicara/spokesman untuk Grup-77 (perkumpulan 130 negara gerakan non-blok) & Cina, di P.B.B. New York, N.Y., Amerika Serikat, dan pada tahun 1993 sebelum ke New York menjadi asisten Bapak Nana Sutresna (Duta Besar Keliling dan Direktur Eksekutif pada Gerakan Non-Blok [GNB] dibawah Presiden Soeharto) di Departemen Luar Negeri.

      Cyrus 23 tahun Tehran

  • Putra, Raden Cyrus Agung Suryo-di-Puro, Pengusaha, usia 26 tahun,
    • lahir pada tgl. 9 November, 1973, di Jakarta, mahasiswa di Universitas Pancasila dan kini pengusaha usaha komputer dan apartemen. (Foto kanan, Cyrus saat usia 23 tahun, Tehran, Juli 1997).
  • Ayah, Raden Mas Suryo-di-Puro, Tokoh dan Pendiri Deplu & Diplomat Senior, lahir tgl. 8 Agustus 1914 (almarhum)
  • Ibu, Raden Ayu Ambariah Arismunandar Suryo-di-Puro, lahir 1915 (almarhumah)
    • Salah satu pendiri dan perintis Kementerian Luar Negeri (kini Deplu).
      Salah satu pendiri dan perintis Radio Republik Indonesia (RRI).
      Veteran Pejuang Kemerdekaan R.I. Golongan ‘A’,
      Awal 1950 mejabat sebagai diplomat senior di Roma, Italia, di Ottawa, Canada, dan Chargé d’Affaires dan Duta di Tunis, Tunisia dan London di bawah Pemerintahan Presiden Soekarno,
      RA & RM Suryo London '65Mendapat Penganugerahan Satyalancana Karya Satya serta Perintis Kemerdekaan R.I., penghargaan serta penganugerahan dari berbagai negara lain.  (Foto kanan, saat di London, tahun 1965).
      Pensiun pada tahun 1969, beliau di angkat kembali sebagai Duta Besar oleh Presiden Soeharto pada tahun 1970 untuk Kerajaan Afghanistan s/d tahun 1974. 
      1974 diangkat kembali berdasarkan Keputusan Presiden R.I. 17/K 1974 sebagai Staf Ahli Menteri Sekretaris Negara sampai dengan wafatnya pada Oktober 1991 pada usia 76 tahun.
      Pejuang dan selichting (berkawan & seumur) dengan Sri Sultan Hamengku Buwono IX,  Mr. Achmad Soebardjo, Mr. Sunaryo, Bapak Adam Malik (ketiga-tiganya mantan Menlu), Bapak Roeslan Abdulgani dan tokoh-tokoh nasional lainnya.
      R.M. Suyoto Suryo-di-Puro adalah keturunan Raden Mas Said, Mangku Negoro I (MN I, dikenal sebagai Pangeran Samber Nyowo dan Pangeran Sapu Jagat) dari Solo (Surakarta), Jawa Tengah yang keturunannya berawal dari Sunan Kali Jogo dari  ke 9 Wali dikenal dengan Wali Songo.
*Pemerintah A.S. melalui surat Kedutaan Besarnya, cq. Kathryn M. Dunning, Educational & Cultural Exchange Officer,  pada bulan Des. 1986 meminta rekomendasi menunjuk beberapa calon penerima bea siswa Fulbright-Hayes.

space
A secret true life James Bond family adventure
Google
Search WWW Search www.suryo.net