Halaman Riwayat Hidup yang mengisahkan pengalaman
kerja dan pengalaman kehidupan
R. Adji A. Suryo-di-Puro
A Javanese
Prince who married an Iranian Princess
Raden
Roro Laila smart woman environment engineer
Raden
Arto, Javanese prince, diplomat...& his family
Raden
Mas Suryo-di-Puro, senior diplomat (Granddad)
Javanese
Weddings reflect parents lifetime roles
A
King immune from bullets and cannons
Some
of the Iranian Family & Friends
Hobbies
for Bikers (1,000cc+) sports & cruisers
Indonesia
World's 4th largest country
An
Eulogy to a departed Son
Eulogy
in Bahasa Indonesia
God
said: "I'll lend you my Child..."
A
Friend: Tell me about Cyrus
Friends:
My Heart Breaks for you
Our
Son in the other Dimension
The
Do's and Don'ts In Facing Bereaved Parents
Published
List on After-Life, Near Death Experiences & After-Death Communications
Other
Dimensions & ADCs
After-Death
Communications is Real 26 Aug., 1999
A
Prayer for our Son & all other departed children
In
Cyrus' Memory
suryo@email.com
The writer is a Member of
and a former journalist
with AFP & Antara News Agencies in the mid-‘60s
|
|
Jakarta, 26th. August, 2000 - Alamat Internet:
http://go.to/suryo-di-puro
• Alamat Homepage www.suryo.net
Nama:
Raden Adji A. Suryo-di-Puro
(Foto kanan Jakarta, Januari, 1942, Ayah Raden
Mas Suyoto Suryo-di-Puro, bayi R. Adji & Ibunda Raden Ayu Ambariah
Arismunandar Suryo-di-Puro)
Lahir : Jakarta, 28 Desember, 1941 (60
tahun pada bulan Des. 2001)
Alamat : Jalan Gabus No. 36 Kavling 5, Arteri
T.B. Simatupang, Pasar Minggu, Jakarta 12520
Alamat E-Mail: suryo@suryo.net
Alamat Internet Web Page Keluarga
(Personal Web Page): www.suryo.net
Alamat Faksimili: 021-7883-1310
-
Pendidikan
SD di Jakarta tahun 1945-49
Di Roma, Italia, awal tahun 1950-53
Di Canada tahun 1953-57
Di Jakarta tahun 1957
Di Roma, Italia, tahun 1957
Di Amerika, sebagai penerima bea siswa Fulbright*
untuk sosial-politik s/d 1964
Di London, journalistis tahun 1964. (Foto kanan
Juli, 1999)
Pengalaman
Kerja 37 tahun, 1964-2001
-
1964 - Asuransi
Lloyd's Insurance dan J.H.
Minet’s Underwriters, London 1964. (Foto kanan dengan cucu ke-3,
Samudra, di N.Y., Agustus, 1999).
-
1964-69 - Journalistik
Wartawan berbahasa Inggeris
di Agence-France Presse (AFP), Paris, Perancis 1964-65
Wartawan berbahasa Inggeris di Kantor
Berita Nasional ANTARA, Koln, Jerman Barat 1965-69.
-
1969 - Pialang & stock
broker
Pengusaha pialang stock broker
Amerika di Jerman, Swiss dan di Tehran 1969
Pengusaha pialang & asuransi di Jakarta
1969-71
Pendiri Usaha Pendiri P.T. Marina
Jaya di bidang telekomunikasi radio, pertanian, perdagangan 1972 dan
berbagai perusahaan lain
-
1977 - Dosen Pendidikan
Asisten Dosen bahasa Inggeris
di Universitas Indonesia 1977
-
1977 - Dosen Pendidikan - Pemerintahan
Dosen/Pembantu Staf Ahli Menteri Sekretaris
Negara 1978 di Sekretariat Negara, dibawah Staf Ahli Mensesneg.
Pembantu, Staf Ahli Mensesneg, Sekretariat
Wakil Presiden 1978-80 Hamengku Buwono IX, diantaranya sebagai staf
pengajar/dosen bahasa & protokol negara.
-
1977 - Organisasi
Ikut
menyusun Kadin Timur Tengah pada saat belum dibentuk Kamar Dagang Timur
Tengah di Kadin Pusat. (Foto kanan circa 1978-80).
-
1978 - Kerjasama dengan Pemerintah
Mengusulkan kordinasi dan terlaksana
perobahan frekwensi Dep. Hankam untuk berbagai angkatan bersenjata agar
bisa saling berkomunikasi tanpa tukar-menukar pesawat 1978-1981.
-
1978-83 Memasang Sistim Komunikasi
Militer di 1,700 lokasi lebih secara nasional & Kontraktor & Suplier
Departemen Hankam & Departemen2 Lain
Pengadaan keperluan personil
angkatan bersenjata, pemasangan sarana telekomunikasi militer untuk
Dep.
Hankam, khususnya POLRI, di 1,700 lokasi lebih dari Sabang s/d Merauke,
mencakup areal seluas 5,600 kilometer diseluruh Indonesia yang kemudian
dipergunakan untuk Pemilu 1982, serta hubungan antara Pemeritah Pusat dengan
Pemda2. Pengadaan untuk Dep. Pendidikan & Kebudayaan dan departemen-departemen
lain tahun 1978-1986.
-
1978 - Investasi Pribadi Untuk
Kepentingan Pemerintah
Mengadakan sarana telekomunikasi
dengan biaya sendiri, investasi serta pemeliharaan melalui perusahaan (PT
Marina Jaya) untuk Sekretariat Negara dan kantor kepresidenan R.I. diluar
jalur komunikasi kepresidenan/Paswalpres resmi untuk keperluan Tamu Negara/Tamu
Kepresidenan 1978-85.
-
1986 - Menyusun Konsep Pembangunan
Nasional 60 juta Manusia
Menysun konsep pembangunan nasional
oleh swasta. Swasta dihadapi masalah “monopoli Pemerintah” di berbagai
bidang penting, sehingga diwujudkan konsep partisipasi swasta di bidang-bidang
yang dikuasai pemerintah, diantaranya usaha telkom karena latar belakang
pembangunan sarana komunikasi militer di 1,700 lokasi lebih pada tahun
1979-83. Usaha telkom rakyat di upayakan karena dapat meningkatkan kemampuan
orang biasa untuk dapat berkomunikasi secara murah dan terjangkau karena
pemasangan 30 juta satuan sambungan telepon (SST).
Tiap 1 SST akan dipergunakan oleh minimum
2 orang. Menyentuh langsung ± 60 juta orang dengan
potensi mengembangkan diri bagi tiap orang.
Sarana ini akan permudah penjualan hasil
panen/hasil usahanya secara langsung ke pasarnya di sesama desa di daerah
lain, di kota besar, dan langsung ke pasaran internasional. Biaya investasi
US$ 62 milyar dalam 20 tahun.
Meningkatkan kemampuan untuk mensejahterakan
diri di tiap lingkungan melalui peningkatan keadaan ekonomi di lingkungannya.
Menciptakan lapangan kerja di pedasaan.
Memperlancar sarana komunikasi pemerintahan
pusat ke tingkat I & II, dan sebaliknya.
-
1986 Menciptakan Konsep Pola
Bagi Hasil (PBH) Untuk Mengatasi Monopoli Pemerintah
Pola Bagi Hasil (PBH) tahun
1986 di rencanakan sebagai sarana pembawa program peningkatan kemampuan
orang biasa dimana swasta berpartisipasi di lingkungan monopoli pemerintahan
dengan prinsip:
(1) swasta membangun,
(2) pemerintah mengoperasikannya sebagai monopoli
dengan atau tanpa peranan investor, dan
(3) hasil investasi swasta di bagi dengan pemegang
monopoli.
Melobi pemerintah R.I. supaya konsep partisipasi
swasta di terima 1986-1988.
Mendapat berbagai dukungan resmi/tertulis,
serta perjanjian-perjanjian dan LOI (Letter of intent) dari berbagai
perusahaan multi-nasional di bidang telekomunikasi dengan konsep PBH 1988-1999.
-
1988-88 - Pemerintahan-pemerintahan
Asing Mengundang Minta Dijelaskan PBH
Diundang ke ibu kota mereka melalui
para duta-besarnya menjelaskan konsep PBH, antara lain di Warsawa, Polandia
dan Rumania karena monopoli di negara-negara tersebut mirip dengan susunan
pemerintah R.I. 1988-89.
-
1988 Mendirikan Sarana PBH
Mendirikan PT CellFone Nusantara
sebagai sarana pelaksanaan Pola Bagi Hasil, Januari 27, 1988.
Undangan resmi Sekjen Parpostel tgl. 8
Agustus, 1988 No. PB.103/2/3/.PTT meminta penjelasan konsep PBH.
Presentasi resmi selama 55 menit tgl. 26
Agustus 1988 di pandu oleh Sekjen Dep. Parpostel & dihadiri oleh 115
pejabat teras (Irjen & para direktur instansi) yang mendaftar dari
3 BUMN, Bappenas, Dep. Industri dan Parpostel, dan tanja-jawab selama 4.5
jam, seluruhnya 5.5 jam (dari jam 12:10 siang s/d jam 17:30 sore),
-
1988 Konsep PBH Diadopsi Pemerintah
Konsep PBH diadopsi pemerintah R.I.
tgl. 31 Agustus 1988 dengan keluarnya surat resmi Menko Ekuin No. 49/MPPT/VIII/88
untuk percobaan atau pilot project, menunjuk 5 perusahaan termasuk
P.T. CellFone Nusantara.
Konsep PBH menjadi dasar usaha lain
di bidang TV (RCTI, SCTV, TPI), komunikasi seluler (Satelindo, Telkomsel
dll), jalan tol, perlistrikan, dan lain-lain dimana swasta berpartisipasi
didalam lingkungan monopoli.
Istilah PBH berobah menjadi BOT, KSO dan
dan istillah lain dengan tetap mengandung prinsip PBH, yaitu partisipasi
oleh swasta, pengoperasian oleh pemegang monopoli, dan pembagian
keuntungan dengan pemegang monopoli (Pemerintah).
-
1994 Lobi Supaya Monopoli Telkom
Dibubarkan - Menghapus PBH, BOT & Lain-Lain
Supaya monopoli telkom di bubarkan
dan diadakan operator yang bersaing dengan tarif yang
berbeda. Tarif
tertinggi ditentukan pemerintah. PBH, BOT dan sejenis dibubarkan karena
kedua belah pihak investor dan pemegang monopoli tidak ada niat bekerjasama
baik dan menimbulkan penyalahgunaan dan kecurangan didalam BOT dan KSO.
Supaya biaya pemasangan & tarif sarana
telekomunikasi dan tarif pulsanya di sesuaikan dengan kemampuan daya beli
rakyat.
-
1994 Peningkatan Program Kerja
Nasional Dari 60 juta Menjadi 140 Juta Manusia
Peningkatan sasaran program
kerja tahun 1986 (pembangunan 30 juta SST dengan investasi US$ 62 milyar),
ditingkatkan menjadi 70 (tujupuluh) juta SST di 70,000 desa di 5,600 kelurahan
pada 20 tahun mendatang. Sasaran densitas nasional adalah sebesar 26%/dua
puluh enam persen. (dibanding densitas tahun 1999 hanya 2.3%/dua
koma tiga persen). Peningkatan program kerja diadakan oleh tim konsultan
dari Amerika, Kanada, Inggeris, dan Indonesia dengan biaya survai sebesar
US$400,000.
Inti Program Pembangunan Untuk
140 juta manusia
Program kerja 70 juta saluran telpon
ini akan meningkatkan kemampuan dan memperdaya sekitar 140 juta
orang, diantaranya para petani dan tukang ikan, karena setiap 1 saluran
akan dipergunakan oleh minimum 2 orang.
Adanya sarana murah dan canggih ini
dapat meningkatkan/menyebar-luaskan penjualan hasil panen, semua usaha
perorangan kecil dan besar apapun bidangnya, dan memudahkan peningkatan
ilmu kesehatan, dan ilmu pengetahuan untuk kepentingan individu secara
murah dan terjangkau. Peningkatan ini dapat menghasilkan kemandirian serta
memperdaya banyak orang.
Program pembangunan 70 juta saluran
telpon didasarkan pendapatan per orang di tiap daerah.
-
Abonemen bulanan dan tarif penggunaan telpon
disesuaikan dengan kemampuan per kapita di daerah terkait,
-
Biaya sambungan (antara Rp 300.000 s/d Rp 150.000)
ditiadakan
-
Abonemen diturunkan dari Rp 22,000 untuk perumahan
menjadi antara Rp 10.000 s/d Rp 2.000 apabila di daerah yang per kapitanya
sangat rendah sesuai kemampuan per kapita,
-
penurunan tarif telpon sebesar kurang lebih
80%, atau penurunan dari tarif Rp 165/3 menit turun menjadi Rp 20 s/d
Rp 30 / 3 menit,
-
menghapus “isolasi” telpon karena penilpon
luar tidak dapat dipungut pulsanya bila yang ditelpon tidak dapat dihubungi,
-
Investasi sebesar US$ 150 milyar (billion)
dolar, atau sekitar Rp 1.2 juta trilyun (trillion) dengan
kurs Rp 8.000 per $1 US Dolar,
-
dana milik swasta,
-
bersumber dinasti kerajaan-kerajaan Indonesia
(bukan milik orang asing & bukan bersumber IMF, Bank Dunia,
atau dana bantuan asing lain).
-
Telah dikonfirmasikan adanya kolateral/harta dinasti
tersebut oleh berbagai bank prime bank internasional, terakhir pada
bulan Juli, tahun 2000; oleh ketua IMF, Micheal Camdessus, pada konperensi
pers di Washington, D.C. pada bulan Oktober, tahun 1997, di saat Indonesia
mengalami Krismon dan IMF mengumumkan niatnya membantu Indonesia karena
adanya “bantuan bilateral”, “bantuan multilateral”, dan karena “Indonesia
memiliki kolateral substantial di luar negeri (Indonesia’s substantial
external assets)”. Telah dikonfirmasikan oleh ratusan orang asing dari
pihak perbankan dan pendana yang patut dipercayai (seperti managemen senior
perbankan prime bank dan pemimpin IMF).
-
tidak ada hubungan dan bebas dari sumber KKN,
bebas dana konglomerat, atau dana yang dipermasalahkan Pemerintah R.I.
kepada keluarga soeharto,
-
bebas hutang luar negeri, tidak membebani Pemerintah
R.I. bentuk apapun baik sekarang atau nanti,
-
diadakan subsidi swasta (dikordinasi oleh
Yayasan Suryo-di-Puro dengan pihak Indonesia dan asing) untuk menutupi
rendahnya tarif telpon dengan berbagai program perbankan prime bank.
-
dana tengah dipersiapkan oleh berbagai pihak di
luar dan dalam negeri, terdiri dari para chairmen of the board &
presiden para pengacara keuangan, para konsultan dan para akuntan publik
asing prime bank asing di Inggeris, Jerman, Swiss, Belanda, Amerika dan
para pemegang aset kerajaan-kerajaan dinasti Indonesia.
-
Setiap pemindahan dana secara besar-besaran seperti
tersebut diatas perlu “alasan ekonomi” (economic reasons) sesuai
peraturan peraturan perbankan internasional.
-
Dana besar ini dapat digunakan untuk keperluan “non-teknis”,
yaitu persiapan pembangunan 26 propinsi di seluruh Indonesia yang menyangkut
pembangunan bangsa dan negara, termasuk perbaikan infrastruktur yang pernah
dilanda kerusuhan.
-
Persiapan dan pengadaan dana telkom ini terkait
dengan pengamanan dan keselamatan investasi yang akan diterjunkan.
Alamat Internet menjelaskan Program
Peningkatan 140 juta manusia dapat dilihat di internet http://go.to/cellindo
atau http://go.to/cellfone
(versi bahasa Inggeris).
1996 Satu Pendiri Perusahaan CellFone Mengundurkan
Diri
Satu dari 3 pendiri yaitu Yayasan
Serangan Umum 1 Maret 1949 dan pemegang saham sebesar 10% PT Cellfone Nusantara,
menyatakan keluar dari lingkup perusahaan tahun 1996 (terlaksana 1997),
dan saham sebesar 90% di ambil alih oleh Yayasan Suryo-di-Puro.
1997 Tokoh Nasional Nahdatul
Ulama & PAN Mendukung Program Pembangunan 140 Juta Manusia
-
Mendapat Kepercayaan Investasi
100% Oleh Asing–Saham Indonesia 60%, Asing 40%
Tahun 1992 s/d 1999 mendapat
kepercayaan dari berbagai pendana internasional (pendanaan murni tidak
terkait dengan produsen peralatan atau operator telkom) untuk seluruh proyek
sebesar 70 juta SST. Dana ini diluar pengadaan dana operator
(yang menjalankan/mengoperasikan sistim telekomunikasi) dan produsen
peralatan (yang membuat pelengkap alat telekomunikasi).
Dana yang akan masuk dibebani syarat: dana
yang masuk di Indonesia tidak di cekal, tidak di korupsi, tidak dipaksakan
kepada pihak lain (dipaksa
kerjasama dengan orang lain) dan hal lain serupa yang sering terjadi
di saat jaman pemerintahan Soeharto.
Tahun 1997 pendana internasional murni, dan berbagai
perusahaan multi-nasional dari Amerika Serikat, menandatangani kerjasama
notariel dengan Yayasan Suryo-di-Puro diwakili pemegang saham mayoritas/pemilik
perusahaan yang akan memasukan investasi sebesar US$ 7 milyar. Tahapan
pertama sebesar US$ 1,25 milyar permohonannya dimasukan ke dalam BKPM.
Perusahaan tersebut adalah perusahaan tertua dan terbesar dunia bidang
ristek & teknologi berusia 135 tahun, dahulu bagian dari perusahaan
telekomunikasi terbesar dunia AT&T dan mendapat 8 hadiah Nobel
bidang teknologi. Mereka telah mendemonstrasikan teknologi ISDN canggih
tanpa kabel di Telkom Surabaya selama 3 bulan bersama kami sebagai mitra
usahanya yang direncanakan untuk pemasangan di seluruh Indonesia.
Pihak kami (Indonesia) mendapat
60% (enam puluh persen), dan Amerika 40% dengan modal keseluruhannya sebesar
100% (seratus persen) diadakan oleh perusahaan asing.
Usaha patungan ini mensubsidi proyek selama 10
tahun untuk menutupi kerugian yang dapat diderita karena tarif rendah yang
disesuaikan denga kemampuan per kapita. Ini dilakukan agar pemakai di desa
tetap dapat menjangkau tarif pulsa murah.
Seorang putra presiden kemudian ikut campur, perusahaan
Amerika tersebut pindah ke putra tersebut berdasarkan kesepakatan
dan persetujuan tertulis kami sebagai pihak Indonesia yang dimodali
perusahaan asing tersebut. Karena berbagai kepentingan di Indonesia yang
telah beroperasi (mis. pabrik sentral otomat AT&T di Krawang, berbagai
proyek-proyek lain di Jawa Barat, Jawa Timur, dsb. yang sedang berjalan),
mereka tunduk kepada keluarga presiden (saat itu). (Kejadian ini telah
melanggar ketentuan pemilik dana, yaitu: tidak dipaksakan
kepada pihak lain (dipaksa kerjasama dengan orang lain).
Putra tersebut kemudian diharuskan membayar saham
30% secara tunai oleh peruahaan asing tersebut, dan sisa 70% oleh perusahaan
asing. Usaha US$ 7 milyar gagal 6 bulan kemudian dan tidak dapat dilanjutkan
karena setoran modal tunai yang diminta perusahaan asing tidak dapat diadakan
oleh putra presiden. Sebelumnya pihak Indonesia,
(Yayasan Suryo-di-Puro)
dibiayai 100% tapi mendapat 60% sahamnya. Beberapa saat kemudian Presiden
Soeharto turun jabatan.
-
Telah Bertemu Dengan 2300 Orang
– Diantaranya 1300 Asing
Selama 14 tahun sejak tahun
1987-2001 telah bertemu dengan kurang lebih 2,300 (dua ribu tigaratus)
pengusaha asing dan Indonesia, diantaranya 1300 orang asing. Pertemuan-
pertemuan ini pemasok ilmu program-program investasi perbankan
prime
bank internasional.
Motivasi orang asing adalah proyek telekomunikasi
ini adalah terbesar di Indonesia dan proyek terbesar di dunia (saat tahun
19887-1998), serta dianggap masuk akal untuk pembangunan negara
besar karena langsung disalurkan lewat rakyat biasa, dan oleh para operator
telecom asing dan para pendana yang telah biasa menangani belasan juta
saluran telepon. Proyek ini dapat membantu meningkatkan peranan orang
biasa di percaturan ekonomi negara nomor 4 terbesar dunia.
-
PBH diakui oleh
Bank Dunia
bulan Juni 1997 di kutip dari berbagai
media massa internasional, termasuk The Jakarta Post “...perkembangan
dunia telekomunikasi di daerah Asia menjadi pesat berkat adanya pola bagi
hasil ...”, sebagai sarana yang meningkatkan
pertumbuhan ekonomi Asia, “... jauh diatas
investasi di bidang manapun...”.
-
Jenis Permodalan Yang Diadakan
Di bidang telekom semua
perusahaan operator dan pembuat/pabrik peralatan telekom dunia, berbagai
diantaranya yang telah membuat perjanjian/niat tertulis.
Pemilik dana international berperan sebagai
pendana, atau wakil pemilik dana yang memerintah bank yang menyimpan pemilik
harta.
Pelaksana pemilik dana (pihak bank,
atau mereka yang menerima instruksi pemilik dana) seperti chairman of the
board, direktur, para manager cabang dari berbagai perbankan internasional
termasuk dari Swiss.
Pengawas pemilik dana seperti pengacara
keuangan, akuntan publik, dan konsultan keuangan pendanaan asing.
-
Usaha Tetap Dilanjutkan Sampai
Wujud
Usaha tetap dilanjutkan
sampai
monopoli telkom dapat dibubarkan.
Tiap operator dapat menentukan tarif dibawah
tarif telkom karena saingan tarif.
Tiap orang menikmati sarana komunikasi
yang sesuai dengan daya beli masyarakat.
-
Isteri, Minou Suryo-di-Puro,
Ibu Rumah Tangga, usia 59 tahun
dari Tehran, Iran, seorang cicit keturunan Shah
(Raja) pada Dinasti Kahjar di Iran, lahir 27 November, 1942, warga
negara Indonesia. (Foto kanan, Jakarta, Agustus 1995).
Ibu dari seorang Putri usia 35 tahun,
dan 2 Putra masing-masing usia 34 dan 27 tahun.
Klik
sini untuk homepagenya
-
Putri,
Raden Roro
Laila Minouwati Ari Suryo-di-Puro, Insinyur Teknik Lingkungan &
Perencanaan Tata Kota, usia 35 tahun.Klik
sini untuk homepagenya
lahir pada tgl. 9 November, 1965, di
Köln, Jerman.
Lulusan
insyur teknik lingkungan I.T.B. dengan
Summa Cum Laude yang pertama
diberikan oleh I.T.B. di fakultas tersebut,
(Putri, foto kanan, Jakarta
1997)
Bekerja dan 5 tahun kemudian penerima bea siswa
penuh dan lulusan pasca sarjana dari University of Hawaii pada bidang
managemen lingkungan serta teknik lingkungan dan perencanaan kota (City
Planning).
Setelah bekerja di Indonesia, Canada, Belanda,
Amerika, Jepang, ia bekerja sebagai salah satu pimpinan Proyek United
States Agency for International Development (U.S. AID) Bidang Lingkungan
Pemerintah Amerika Serikat di Kedutaan Besar U.S.A., Jakarta, bekerja di
perusahaan patungan Indonesia-Amerika di bidang lingkungan, dan sejak tahun
2000 menangani proyeki-proyek di Afrika, Indonesia dan proyek internasional
lainnya dari Washington, D.C. Amerika Serikat.
-
Putra,
Raden Sidharto Reza Suryo-di-Puro, Diplomat,
usia
34 tahun,
lahir pada tgl. 29 September, 1966,
di Köln, German.(Foto kanan, N.Y. Juni, tahun 1999)
Mantan Ketua Dewan Mahasiswa, lulusan Unpar,
Bandung, di bidang Sosial Politik dan Hukum Internasional, dan M.A. di
St.
John's University di New York, menikah dengan 2 anak laki-laki berusia
3.5 dan 2.5 tahun.
Sejak tahun 1995 menjabat sebagai diplomat/Sekretaris
II di P.B.B. (Perwakilan Tetap Indonesia Perserikatan Bangsa-Bangsa/United
Nations). (Foto kiri Cucu Rimba, Menantu Dewi Dayat & Cucu
Samudra, New York, Agustus 1999).
Menjabat sebagai juru bicara/spokesman
untuk Grup-77 (perkumpulan 130 negara gerakan non-blok) & Cina, di
P.B.B. New York, N.Y., Amerika Serikat, dan pada tahun 1993 sebelum ke
New York menjadi asisten Bapak Nana Sutresna (Duta Besar Keliling dan Direktur
Eksekutif pada Gerakan Non-Blok [GNB] dibawah Presiden Soeharto) di Departemen
Luar Negeri. Klik
sini untuk homepagenya
-
Putra, Raden Cyrus Agung
Suryo-di-Puro, Pengusaha,
usia 27 tahun,
lahir pada tgl. 9 November, 1973, di Jakarta,
mahasiswa di Universitas Pancasila dan kini pengusaha usaha komputer dan
apartemen. (Foto kanan, Cyrus saat usia 23 tahun, Tehran, Juli 1997).
Klik
sini untuk homepagenya
-
Ibu, Raden Ayu Ambariah Arismunandar
Suryo-di-Puro, lahir 1915 (almarhumah)
-
Ayah, Raden Mas Suyoto Suryo-di-Puro,
Diplomat Senior dan guru bahasa, lahir
tgl. 8 Agustus 1914 (almarhum). Klik
sini untuk homepagenya
Salah satu pendiri dan perintis Kementerian
Luar Negeri (kini Deplu).
Salah satu pendiri dan perintis Radio Republik
Indonesia (RRI).
Veteran Pejuang Kemerdekaan R.I. Golongan
‘A’,
Awal 1950 mejabat sebagai diplomat senior
di Roma, Italia, di Ottawa, Canada, dan Chargé d’Affaires dan Duta
di Tunis, Tunisia dan London di bawah Pemerintahan Presiden Soekarno,
Mendapat Penganugerahan Satyalancana Karya
Satya serta Perintis Kemerdekaan R.I., penghargaan serta penganugerahan
dari berbagai negara lain. (Foto kanan, saat di London, tahun
1965).
Pensiun pada tahun 1969, beliau di angkat
kembali sebagai Duta Besar oleh Presiden Soeharto pada tahun 1970 untuk
Kerajaan Afghanistan s/d tahun 1974.
1974 diangkat kembali berdasarkan Keputusan
Presiden R.I. 17/K 1974 sebagai Staf Ahli Menteri Sekretaris Negara sampai
dengan wafatnya pada Oktober 1991 pada usia 76 tahun.
Pejuang dan selichting (berkawan &
seumur) dengan Sri Sultan Hamengku Buwono IX, Mr. Achmad Soebardjo,
Mr. Sunaryo, Bapak Adam Malik (ketiga-tiganya mantan Menlu), Bapak Roeslan
Abdulgani dan tokoh-tokoh nasional lainnya.
R.M. Suyoto Suryo-di-Puro adalah keturunan
Raden Mas Said, Mangku Negoro I (MN I, dikenal sebagai Pangeran Samber
Nyowo dan Pangeran Sapu Jagat) dari Solo (Surakarta), Jawa Tengah yang
keturunannya berawal dari Sunan Kali Jogo dari ke 9 Wali dikenal
dengan Wali Songo.
*Pemerintah A.S. melalui surat
Kedutaan Besarnya, cq. Kathryn M. Dunning, Educational & Cultural Exchange
Officer, pada bulan Des. 1986 meminta rekomendasi menunjuk beberapa
calon penerima bea siswa Fulbright-Hayes. |